Jumat, 27 September 2013

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK USIA DINI


Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.

Namun hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan di masa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.

Yang menjadi persoalan sekarang adalah, kapan kemampuan membaca dan menulis mulai diajarkan? Jawaban pertanyaan itu sebenarnya masih berupa polemik. Bagaimana tidak? Sebagian ahli mengatakan membaca dan menulis baru dapat diajarkan setelah anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum TK sekarang ini. Tetapi banyak juga ahli yang mengatakan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan sejak dini.

Durkin (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak yang diajar membaca dini. Steinberg (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) juga mengemukakan bahwa anak-anak yang mendapatkan pelajaran membaca dini umumnya lebih maju di sekolah. Hal tersebut masih diperkuat oleh pendapat Moleong (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.3) yang mengatakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak TK adalah kemampuan membaca dan menulis.

Jadi pengembangan kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam batas-batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak, yakni belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.

Untuk mengajarkan kemampuan membaca pada anak TK, guru perlu mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca pada anak. Menurut Cochrane Efal (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.9), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni:

1. Tahap Fantasi (Magical Stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berpikir bahwa buku itu penting dengan cara membolak-balik buku. Kadang anak juga suka membawa-bawa buku kesukaannya. Pada tahap ini orang tua hendaknya memberikan model atau contoh akan arti pentingnya membaca dengan cara membacakan sesuatu untuk anak, atau membicrakan tentang buku bersama anak.
2. Tahap Pembetukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan dirinya dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku. Orang tua perlu memberikan rangsangan dengan jalan membacakan buku pada anak. Berikan akses pada anak untuk memperoleh buku-buku kesukaannya.
3. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Anak menyadari cetakan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudah dikenal. Orang tua perlu membacakan sesuatu kepada anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada anak melalui lagu atau puisi. Dan berikan kesempatan membaca sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain. Pada tahap ini orang tua masih harus membacakan sesuatu pada anak. Namun jangan paksa anak untuk membaca huruf demi huruf dengan sempurna.
5. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Anak dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas. Orang tua dan guru masih harus tetap membacakan buku pada anak. Tindakan tersebut dimaksudkan dapat mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya. Bantu anak memilih bacaan yang sesuai.

Huruf dan kata-kata merupakan suatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga untuk mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan mengasosiasikan pada hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf biasanya guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah di kenal anak. Dan agar tidak ada kesan pemaksaan “belajar membaca” pada anak maka harus dilakukan dengan menyenangkan.

Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai anak terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Kemampuan kesiapan membaca yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membedakan auditorial.
Anak-anak harus memahami suara-suara umum di lingkungan mereka. Mereka harus memahami suara yang dihasilkan oleh konsonan atau vokal.
2. Kemampuan diskriminasi visual.
3. Kemampuan membuat hubungan suara-simbol.
4. Kemampuan perseptual motoris.
5. Kemampuan bahasa lisan.
6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman.
7. Interpretasi gambar.
8. Progesi dari kiri ke kanan.
9. Kemampuan merangkai.
10. Penggunaan bahasa mulut.
11. Pengenalan melihat kata.
12. Lateralisasi.
13. Koordinasi gerak.

Tanda-tanda kesiapan membaca:
1. Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan?
2. Apakah anak sudah dapat mengujarkan kata-kata dengan jelas?
3. Apakah anak sudah dapat mengingat kata-kata?
4. Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?
5. Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
6. Apakah anak sudah dapat membedakan bunyi dengan baik?

Banyak metode yang bisa diterapkan dalam upaya mengenalkan huruf diantaranya metode bercerita, tanya jawab serta permainan dengan kartu bergambar.

Sourche:
-Nurbiana Dhieni, (2005) Metode Pengembangan Bahasa : Jakarta, UT
-Depdiknas (2000), Permainan Membaca dan Menulis : Jakarta.

Tahapan Membaca Untuk Anak Usia Dini


Membaca yang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa, juga merupakan  komponen komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi  diubah menjadi lambang-lambang tulisan, kemudian diubah menjadi makna, proses perubahan inilah  yang dibina dan dikuasai pada araf awal keterampilan membaca.



Mengajarkan membaca di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan selama dalam batasan–batasan aturan pengembangan pra-akademik serta berdasarkan  pada prinsif dasar hakiki dari pendidikan TK sebagai sebuah taman bermain, bersosialisai, dan pengembangan pra-akademik yang subtansial, seperti kecerdasan emosi, motorik, disiplin/anggung jawab, konsep diri dan akhlak.
Ada beberapa tahapan membaca pada anak, dan secara khusus perkembangan  kemampuan membaca   pada  anak   belangsung  dalam  5    tahap
(Depdiknas 2000:6-8), yaitu sebagai berikut:

 
 a)     Tahap fantasi (magical stage)
      Pada tahap ini anak belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balikan buku dan kadang-kadang membawa buku kesukannya. Pada tahap ini orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
b)      Tahap pembentukkan konsep diri (self concept stage)
      Pada tahap ini anak perpandangan bahwa dirinya sebagai pembaca, mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku,  dan dapat menggunakan bahasa buku  meskipun tidak cocok dengan tulisannya. Hendaknya orang tua dan guru memberikan stimulus atau rangsangan  dengan jalan membacakan apa saja kepada anak, seperti buku cerita, tulisan pada kotak susu, bungkus makana, pasta gigi, dan lain-lain serta melibatkan anak  ketika membacanya.  Selain itu berikan akses kepada anak mengenai buku-buku yang mereka ketahui.
c)      Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Anak sudah dapat  mengenali dan menemukan kata pada tulisan/cetakan yang tampak, menggungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, mengulang kembali cerita yang tertulis dan dapat mengenal tulisan kata dari puisi atau lagu serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ini orang tua atau guru membacakan sesuatu pada anak, mengenalkan kosa kata baik dari lagu maupun puisi,
d)      Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Pada tahap keempat anak sudah mulai menggunakan tiga sitim isyarat secara bersamaan yaitu graphonik, sematik dan syntaksis, pada tahap ini anak muali tertarik pada bacaan, mulai menggingat cetakan tulisan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagi tanda seperti pada kotak susu, botol minuman ringan, bungkus makana dan lain-lain. Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap memberi stimulasi/membacakan sesuatu pada anak sehingga dapat menjadi motivasi anak untuk selalu membaca diberbagai situasi. Tetapi yang harus diperhatikan, hendaknya orang tua atau guru tidak memaksa anak untuk membaca huruf dengan sempurna.
e)       Tahap membaca lancar  (independent reader stage)
Pada tahap ke lima anak sudah dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas, Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan, bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman akan mudah dibaca oleh anak.
Pada tahap ini orng tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini dapat mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya. Selain itu orang tua atau guru membantu menyeleksi bacaan yang sesuai dan mengajarkan cerita yang berstruktur.
Sumber : Permainan Membaca dan Menulis (Depdiknas, Tahun 2000)