Kamis, 31 Oktober 2013

Balok umum 505 :: mainan-kayu.com

Cityblock adalah mainan yang membantu pengembang kontruktif , mengabungkan bentuk bentuk yang berbeda sehingga menjadi bangunan.  Mulai dari umur 2 tahun anak sudah memainkan mainan ini. Disarankan 1 anak bisa memainkan 100pcs balok balok. Ada banyak jenis mainan dari balok ini biasanya diidentifikasikan dengan isi dan bahan pembuatnya.
Untuk type ini beris 505pcs dengan natural warnanya. Terdapat manifestasinya.
HARGA TIDAK TERMASUK LEMARI : untuk pengiriman standard dengan box kayu
  • Bahan Pembuatan : Terbuat dari kayu mindi dengan ketebalan standard 3cm dan kelipatan 3cm sehingga dapat digabungkan dengan type apa aja. Sebagian dicat dengan solid colour sebagian menampilkan sisi natural kayu. Diberikan pilihan dengan bingkai atau tempat dari kayu atau juga tanpa bingkai.
  • Cara Bermain : Jangan memberikan contoh mengenai bangunan yang akan dibangun karena nanti sii explorasi dan kontruktif anak tidak tercapai. Biarkan dia mengembangkannya sendiri sesuai dengan imajinasinya. Bangunlah sebesar dan setingggi mungkin. Hal ini akan membuat anak merasa senang. Setelah bermain kumpulkan kembali dan masukan ke dalam tempatnya. Sediakanlah tempatnya baik dari kotak atau pun tas.
  • Manfaat Bermain : Mengembangan sisi kontruksif, mengembangkan imajinasi, melatih motoris halus dan melatih sosialisa dengan anggota keluarga yang lain. Pengenalan bentuk bentuk dan warna

Minggu, 13 Oktober 2013

Hakikat Pendidikan Anak PAUD

(1) Kita Salah Didik sejak TK
KENAPA bangsa kita bisa menjadi begini amburadul? Wismiarti, seorang ibu yang dokter gigi, punya satu jawaban, yang didapatnya dari koleganya di Australia: ”Karena orang-orang Indonesia salah didik sejak dari Taman Kanak-kanak!” Kondisi tersebut diperparah oleh sikap para orangtua yang semberono di dalam mendidik anak-anak mereka di rumah.
Mengingkari Sunatullah
Anak-anak balita (golden age) di kota-kota besar di Indonesia, dibiarkan mengalami ketelantaran cinta dan makna. Para ibu ”modern” — karena alasan kepraktisan dan mengutamakan kerja di luar rumah — lebih memilih tidak memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pada kehidupan awal sang bayi.  Padahal, tindakan itu tak hanya berarti tidak memberikan pelukan, kenyamanan, kebahagiaan, ketenangan, membantu penyambungan sel-sel otak anak, membangun kepercayaan anak terhadap ibu; melainkan juga mengingkari ketentuan Allah (sunatullah).
Tak cuma itu. Mereka pun lebih percaya untuk menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada para pengasuh bayi, yang entah seperti apa kualitas moral, ilmu, cinta dan bahasanya. Padahal, perkembangan otak dan pertumbuhan akhlak dan jiwa anak-anak balita, sangat bergantung kepada asupan informasi dan modelling orang-orang dewasa di sekitarnya. Justeru pada usia balitalah, anak-anak sangat membutuhkan peranan aktif dari, terutama, ibunya.
Pada saat itulah, masa depan anak ”ditentukan.” Jika momentum yang luarbiasa penting itu diserahkan kepada babby sitter, kita ”tahu” seperti apa isi otak dan masa depan mereka.  Anak-anak akan hidup tanpa cinta, sel-sel otaknya tidak tersambung maksimal, proses belajarnya tidak sesuai dengan tahapan, kepercayaan dirinya rendah, mereka akan sulit memahami makna segala sesuatu, dan dunia serta kehidupan akan dijalaninya secara serampangan, tanpa ada kesadaran akan tanggungjawab dan misi suci.
Metode Sentra
Maka, setelah mendapatkan jawaban yang fundamental dan menyentak itu, Wismiarti langsung memutuskan berhenti praktek sebagai dokter gigi. Pada 1996, ia mendirikan Sekolah Al-Falah, dimulai dari TK, di Ciracas, Jakarta Timur.
Itu diawali dengan studi banding ke beberapa sekolah TK di Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengadopsi metode BCCT (Beyond Centers and Circle Time/Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran) yang kemudian dikenal sebagai “Metode Sentra.” Metode itu, yang “play-based learning”  dikembangkan oleh Pamela Phelps Phd di Creative School, Talahasse Florida, Amerika Serikat, sejak 1970. Adalah Pamela Phelps yang hingga kini menjadi konsultan Sekolah Al-Falah.
Dengan Metode Sentra, sejak usia dini, anak-anak diajak menjalankan nilai-nilai mulia sebagaimana yang diajarkan oleh semua agama, seperti hormat, jujur, sayang teman, rajin, tanggungjawab, disiplin, dan lain-lain. Nilai-nilai positif itu dialirkan melalui program sehari-hari, seperti saat makan, main, atau pun menjelang tidur.
Kemampuan klasifikasi dibangun sangat kuat. Klasifikasi pada benda kongkret (alat permainan edukatif) berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, diajarkan pada diri anak (seyogianya sejak bayi). Di setiap Sentra, kemampuan itu terus ditingkatkan, baik saat main maupun saat membereskan mainan tersebut.
Jika klasifikasi pada hal-hal yang kongkret sudah terbangun, maka kelak di kala dewasa, mereka akan mampu menglasifikasi hal-hal yang abstrak. Anak akan mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Kelemahan dalam klasifikasi, kelemahan dalam berpikir kongkret dan juga berpikir abstrak, itulah yang, antara lain, menyebabkan manusia Indonesia – sebagamana kita lihat di kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif — tidak memahami apa tugas dan tanggungjawabnya.
Dalam hal membangun disiplin anak, Sekolah Al-Falah menerapkan “disciplin with love.” Disiplin dijalankan melalui simulasi langsung, sehingga anak-anak tahu dan mengerti tentang mengapa dan untuk apa suatu aturan dibuat. Misalnya, pada saat main balok, anak diberi tahu bahwa balok-balok kayu aneka bentuk geometris itu fungsinya untuk bermain pembangunan. Jika balok digunakan untuk hal lain, maka bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Untuk pelajaran membaca, menulis dan berhitung – yang diselenggarakan dalam Sentra Persiapan — cara belajarnya sangat berbeda dengan yang umum berlangsung di Indonesia, yang konvensional. Dalam Sentra, anak-anak tidak diajari mengeja huruf-huruf A, B, C, atau 1 + 1 = 2.
Melalui Sentra, kemampuan dan keterampilan anak dibangun melalui main, tanpa tekanan dan paksaan dari guru dan lingkungan. Dengan Sentra, pengetahuan dan keterampilan (knowledge) anak diorganisir secara rapi. Guru menciptakan kondisi dan memberikan kesempatan kepada anak agar mereka  ”menemukan sendiri” pengetahuan keaksaraan dan kemampuan berhitungnya.
Dilarang Melakukan “Tiga M”
Metode Sentra membuat anak belajar dengan gembira, dan sekolah jadi menyenangkan. Suasana nyaman dan menyenangkan harus dicapai. Maka, guru dilarang melakukan ”Tiga M”: menyuruh, melarang, marah/menghukum. Karena, jika anak dalam kondisi tertekan, kecewa, sedih, atau marah (emosi negatif), maka ia tidak akan dapat belajar. Berdasarkan penelitian, otak pusat berpikir manusia tidak akan berfungsi jika emosi dalam keadaan negatif. Dengan memosisikan anak sebagai subyek dan bukan obyek, seluruh potensi kecerdasan bisa dibangun, dan anak akan tumbuh menjadi pribadi penemu, percaya diri, dan bahagia.
Metode Sentra membangun anak pada delapan domain, yaitu afeksi, estetika, kognisi, psikomotor, bahasa, sosial, pembangunan, dan main pura-pura (berdasarkan teori Jean Piaget). Juga mengembangkan tujuh kecerdasan dasar (multiple Intelligences menurut teori Howard Gardner). Sebagai sekolah Islam, Wismiarti memperkuatnya dengan pembangunan 18 Sikap, nilai-nilai yang diambil dari 99 Asmaul Husna, yang sangat penting dihayati dan dialirkan oleh  para guru kepada anak-anak di setiap Sentra. Dengan semua itu, anak-anak diharapkan menjadi insan kamil, yang understanding dan adaptable.
Ada tujuh sentra yang dikembangkan di Sekolah Al-Falah, yaitu Sentra Balok, Bahan Alam, Seni, Persiapan, Main Peran Besar, Main Peran Kecil, dan Imtaq.
Metode Sentra menggunakan kurikulum individual disesuaikan kebutuhan dan tahap perkembangan anak (Jean Piaget). Sehingga, hal yang pertama kali harus dibangun adalah kemampuan guru untuk bisa membaca tahap perkembangan siswa dan memberikan dukungan pembelajaran yang sesuai. Untuk itu, jumlah siswa di tiap kelas dibatasi maksimum 12 anak.
Hasilnya?Hanya dengan paradigma baru seperti itulah, kita akan bisa menghasilkan generasi baru (pemimpin) bangsa yang lebih baik dan berakhlak mulia! Insya Allah.